DUA BELAS !
Itu kata pertama yang ingin saya ucapkan begitu menginjak tanah di pulau ini. Lupa sudah rencana bertukar-tukaran nomer telepon dengan mbak-mbak pramugari yang ramah tadi. Setelah lahir dan besar di Jawa, kemudian menjelajah ke Pulau Bali, Sulawesi, Buton, Ternate, Halmahera, Tidore, Bunaken, Kalimantan, Lombok, dan Untung Jawa, kini saya berhasil menapak di pulau BATAM ! Ini adalah pulau yang ke dua belas yang berhasil saya tinggali jejak langkah (pipis juga, pup juga).
Dua setengah hari di Batam, tidak banyak yang bisa kami lakukan untuk menjelajah sisi lain dan sudut-sudut kota Batam, karena memang tujuan utama kami adalah mengejar dan mengerjakan data transaksi di Free Trade Zone, dengan harapan berakhir pada amannya penerimaan negara dan adanya kontribusi yang berarti bagi APBN (tsaaaahhhh…)
Setelah selesai berkutat dengan pekerjaan selama dua hari full, akhirnya kami sempatkan untuk berkeliling sekitar Bukit Senyum, Nagoya hill, Nagoya, Harbour, dan sekitarnya. Mencari beberapa cindera mata, parfum, coklat, dan baju. Sayang, rencana untuk mengunjungi jembatan Barelang gagal karena kami khawatir terjebak demo buruh yang kebetulan dijadwalkan akan berlangsung hari itu.
Batam dalam dua hari. Kota yang sibuk, tanpa identitas, kota para urban, sehingga saat kami tanya pada orang Batam sendiri tentang makanan atau budaya atau barang apa saja yang khas dari kota ini, dia sendiri bingung tidak menemukan jawaban.
Batam dalam dua hari. Kota kecil yang terlelap di jam 9 malam, tetapi menyisakan sejumlah kehidupan di puluhan klub malam yang bertebaran yang baru mulai membuka kehidupannya di jam 8 malam hingga pagi. Kota dengan sejumlah list barang (yang katanya) murah karena masuk dari negara lain tanpa pajak tanpa cukai.
Batam dalam dua hari. Sebuah kota tanpa Alfamart dan tanpa Indomaret.
* Sebagian photo dibuat oleh Arief Hartono (Ais)