IHT

Saya punya pendapat bahwa kebutuhan seorang pegawai atas peningkatan kemampuan bekerjanya dengan pelatihan maupun penambahan pengetahuan melalui In House Training (IHT), tidak terbatas pada ilmu yang berhubungan langsung dengan pekerjaaan yang dilakukannya. Saya pernah mengajukan usul ke bagian umum di kantor saya agar mengadakan IHT tentang “bagaimana memilih makanan dengan gizi dan komposisi yang tepat untuk para pegawai yang lebih banyak duduk dalam bekerja di sehari-harinya”, atau mungkin IHT tentang “pemanfaatan sampah kantor untuk daur ulang dan kiat melestarikan lingkungan hidup sekitar rumah”, atau bisa juga IHT tentang “parenting yang baik dan benar”

Saya yakin, para pegawai masih membutuhkan pengetahuan tentang makanan yang baik yang harus mereka konsumsi demi untuk menjaga kondisi kebugaran badan mereka agar bisa bekerja dengan baik. Saya juga percaya, dalam setiap pegawai ada jiwa yang punya keinginan yang sama untuk menjaga kelestarian lingkungan untuk masa depan. Dan saya juga meyakini bahwa para pegawai membutuhkan pengetahuan tentang parenting yang mungkin nantinya dapat diaplikasikan di rumah untuk membentuk sebuah keluarga dengan anak-anak yang ideal, sehingga rumah tangganya tenang dan dia bisa bekerja juga dengan hati yang tenang.

Tapi usulan itu berhenti saat dibilang bahwa tidak ada alokasi dana untuk itu.

Eyang, Bunda, dan Ayah

Kamis pagi, Ale sedang bersiap menuju tempat camping. Ini berarti kami sekeluarga akan berpisah selama tiga har dua malam

Eyang : “baik-baik yaa, pokoknya selamat senang-senang”

Bunda : “uuuuuuhhh…bunda bakal Kangen kakak Ale”

Ayah : “Jaga sholatmu ya nak….”

Sabtu siang, dan kami kembali bertemu dengan Ale

Eyang : “Gimana kak, seneng nggak disana ?”

Bunda : “Aleee…bunda kangen sama kamu !!”

Ayah : “Bagaimana sholatmu, nak ?”

Ini tentang tiga cara pandang yang ketiganya benar. Dalam sosok eyang,embah, kakek nenek, yang terpola adalah kondisi seorang cucu yang harus selalu bahagia, senang,tidak menemui masalah, dan dunia harus miliknya. Ini wajar dan sudah mendapat pemakluman umum bahwa kadang rasa sayang seorang eyang ke cucu melebihi rasa sayang ke anaknya sendiri

Dalam sosok bunda, tersimpan rasa kasih terbesar pada seorang anak. kata-kata “kasih ibu sepanjang jalan kasih anak sepanjang galah” atau “surga ada di bawah telapak kaki ibu” sudah mewakili betapa seorang bunda akan menjadi raja penguasa hati anak. Dan itu karena seorang bunda sudah terlibat dalam kehidupan perkasihsayangan” si anak melalui 9 bulan mengandung dan sekian bulan menyusui. Tidak terbantahkan.

Sedangkan dalam seorang ayah, ada ekspresi tanggung jawab tentang apa dan akan menjadi siapa si anak itu nanti. Tanggung jawab sebagai imam yang punya beban berat menjaga istri dan anak-anaknya terhindar dari api neraka. Seorang yang selalu menyimpan kekhawatiran dalam setiap detik nafasnya tentang bagaimana menjaga amanah, apalagi mengingat si anak sedang mendekati usia 9 tahun, usia dimulainya pendidikan tentang penegakan sholat yang konsisten.

600376_10151510160764106_1511422518_n