Setiap gerakannya adalah air, senyumannya adalah kesejukan, dan suaranya selalu menjadi hal yang paling kami tunggu. Dhican – singkatan dari Dhiya Cantik, panggilan untuk anak kedua kami, Dhiya Ulhaq Azkiya- adalah candu. Kami membiarkannya menjadi penguasa segala relung hari – hari.
Sama dengan Ale sang Beruang di usianya dulu, Dhican selalu membuat kami merindukan untuk selalu bersamanya. Takdirnya sebagai anak kecil yang sepertinya masih selalu dikelilingi oleh pesona dari Alloh, dan kodratnya sebagai wanita yang membuat kami tidak bosan – bosannya mendandaninya, menjadikan Dhican kecil layaknya ratu baru dari keluarga ini. Bersama Ale, Dhican menjadi para pembajak hati dan kehidupan kami.
Satu yang harus selalu kami ingat bahwa, Dhican dan juga Ale, sebenarnya bukan milik kami. Kami hanya menjadi dua penjaganya, yang diberi kepercayaan untuk menjadikan Ale dan Dhican lebih baik, berguna bagi sesama, dan kami harus memastikan bahwa titipan ini jika pada akhirnya diminta oleh Pemiliknya, tetap menjadi titipan yang berwarna bagus, berkualitas bagus, dan dapat menyenangkan Pemiliknya.
Hanya saja, darah manusia biasa yang mengalir di nadi kami, membuat kami sering terlena, mencoba ingin meng-hak-i titipan tadi, terseret bermasyuk dalam nuansa berlebihan untuk mendekap erat, memiliki dan tak mau melepaskan ke siapapun juga titipan tersebut. Ini khilaf.
Saat tersadar, kami harus mulai lagi untuk menata diri, menyadari bahwa titipan itu adalah titipan, dan harus rela jika suatu saat titipan – titipan tersebut harus kembali pada Pemiliknya.
Ale, Dhican, kami siap menjadi penjaga titipan terbaik di dunia.
Apakah istri juga titipan mas…?
sepertihalnya anak…
wah wah wah…
update juga akhirnya. -pengaruh obrolan kemarin ada ndak ya?-
Ale sekarang sudah sekolah mas?
kelas piro?
obrolan yang mana cup ?
Ale sekarang baru TK B.Nyoba sekolah baru yang lebih banyak memberikan porsi kebebasan berekspresi.
hari pertama ale tendang – tendang teman2 barunya
hari kedua , banting kursi
hari ketiga jedot2in kepala ke tembok
he..he..he…
SOELA. istri itu rekanan
jadi, suami punya kewajiban untuk menghitung, menetapkan, memeotong/memungut, menyetorkan dan melaporkan kehidupannya yang terutang dosa maupun pahala. hehe…
yang pasti, seorang lelaki nanti akan mempertanggungjawabkan 4 wanita : istrinya, anak wanitanya, ibunya, dan saudara wanitanya.
Jd…waspadalah…waspadalah…
cuantik banget dedeknya …….
iya, cantik 🙂
Doakan kami bisa mengemban amanah, dan masa depannya tidak menjadi fitnah.
kalo bandel, berarti pinter mas.
salam untuk Ale..
hehehe